Sebuah kalimat
yang begitu sederhana. Mudah diingat dan diucapkan. Sebuah kalimat yang telah
memotivasi orang-orang hebat di dunia. Sebuah kalimat yang berasal dari negeri
seribu satu malam yang sarat akan makna. “man jadda wa jadda”. Barang
siapa yang besungguh-sungguh, maka dia akan berhasil.
Sehebat apapun manusia,
pasti pernah merasa putus asa atau istilah yang lebih keren adalah down atau
galau. Tidak apa-apa. Kegagalan, kehancuran, kemalangan, kelemahan dan
kejatuhan adalah hal yang wajar. Hidup itu memang tidak mudah bukan? Namun, itu
semua kembali kepada bagaimana kita mengatasi perasaan tersebut. Siapa yang mau
hari-harinya dihabiskan dengan wajah yang merengut tanpa adanya ukiran senyuman
sedikitpun? Apakah Anda mau itu terjadi pada hidup Anda? Kalau saya sudah pasti
akan berkata “tidak” dengan tegas. Saya ingin hari-hari saya penuh dengan
senyuman, canda dan tawa.
Cobalah tutup
mata Anda, lalu tarik nafas dan hembuskan secara perlahan, lakukan beberapa
kali. Usahakan setiap tarikan nafas membuat Anda lebih tenang dari sebelumnya.
Lalu pada hembusan nafas terakhir katakan, “man jadda wa jadda”. Biasanya itu
saya lakukan jika saya merasa sudah hampir menyerah dalam melakukan sesuatu
yang menurut saya sulit untuk dilakukan, dan hasilnya sangatlah manjur. Kalimat
itu bagai mantra sihir yang membuat saya menjadi lebih semangat dan memandang
kesulitan dari sisinya yang lain yang membuat kesulitan itu terlihat lebih
mudah.
Kupu-kupu
Kehidupan itu
layaknya seekor kupu-kupu. Kupu-kupu itu adalah salah satu makhluk hidup
cipataan Allah yang sangat indah dan manis. Walaupun memiliki ukuran yang
rata-rata kecil, namun dia bisa mencuri perhatian setiap orang yang melihatnya.
Warnanya yang indah, gerakan terbang yang anggun saat mengitari bunga dan
sesekali hinggap untuk mengambil sarinya, itu adalah daya tarik dari kupu-kupu.
Namun, sebelum kupu-kupu mencapai keindahannya dia harus menjalani fase-fase
yang sangat panjang.
Di mulai dari
telur yang ukurannya sangat kecil, bahkan dari sekian banyak telur yang
dihasilkan dari sang induk hanya beberapa saja yang bisa bertahan dan akhirnya
menetas menjadi ulat. Perjuangan para ulat pun di mulai, mereka itu sangatlah
jelek dan kegiatan mereka hanyalah makan dan tidur. Lumayan banyak orang di
dunia ini yang takut dengan ulat, terutama wanita. Mereka kerap kali berteriak
histeris sambil menginjak-injak sang ulat nan buruk rupa sambil terkadang
berkata “huh, dasar ulat jelek. Mati kau! Uh uh uh uuuuhhhh”. Padahal ulat yang
mereka takuti dan mereka hina-hina itu adalah cikal-bakal dari kupu-kupu yang
sebagian besar dari wanita itu sendiri menyukainya. Ulat yang berhasil bertahan
dan menghindar dari sandal-sandal para wanita, akhirnya berubah menjadi
kepompong.
Itu mungkin
salah satu saat tersulit, karena sang ulat yang terbiasa makan banyak harus
berpuasa dalam waktu yang lama. Siang demi siang. Malam demi malam. Hujan dan
panas dilalui oleh para kepompong dalam pertapaan panjang mereka. Sampai
akhirnya keluarlah dari serat-serat benang kepompong tersebut makhluk mungil
nan indah, kupu-kupu. Itulah kehidupan, kita tidak bisa mencapai keindahan
dalam hidup kita semudah membalikkan telapak tangan.
Layaknya
kupu-kupu, setiap manusia di dunia ini memiliki fase kehidupannya
masing-masing. Kita harus bisa bertahan dengan segala macam cobaan dan ujian.
Jangan memandang kegagalan dalam hidup kita sebagai suatu bencana yang besar. Pandanglah
kegagalan sebagai salah satu fase kehidupan kita menuju keindahan. Marilah kita
angkat kepala kita, kembangkan senyum kita, dan kobarkan semangat kita!
Yakinlah, suatu saat kita pasti akan bahagia! Yakinlah, suatu saat kita akan
mencapai keindahan seperti yang dimiliki kupu-kupu.
Hidup untuk Bermimpi
Saya pernah
menonton sebuah film bergenre komedi yang mambuat saya terpingkal-pingkal saat
menontonnya. Namun saya tidak ingin membahas film itu, melainkan saya akan
membahas apa yang saya dapat dari film tersebut, beberapa kalimat sederhana.
“Semua orang
punya impian. Dengan impian, ada harapan. Semua orang punya impian. Dengan
impian, ada kekuatan. Impian menyinari hatimu bagai mentari menerangi seluruh
duniamu. Impian membimbingmu ke jalan yang benar. Memberimu keberanian untuk
melangkah maju.”
Hidup untuk
bermimpi. Hidup untuk membangun impian-impian menjadi sebuah kenyataan. Jangan
takut untuk sekedar memiliki impian. Tenang saja, saya menjamin bermimpi itu
gratis tanpa dipungut biaya apapun. Saya sendiri memiliki mimpi-mimpi serta
harapan-harapan yang bisa dikatakan gila. Saya ingin kuliah di luar negeri.
Saya ingin pergi ke Jepang dan Paris saat musim gugur dan semi. Saya juga ingin
pergi ke London untuk bertemu aktor favorit saya, Daniel Radcliffe. Saya juga
ingin pergi ke India untuk melihat Taj Mahal. Lalu, saat musim dingin saya akan
terbang ke Swiss untuk minum coklat
hangat di sana. Saya memang termasuk
orang yang imajinatif. Masih banyak impian-impian gila saya yang lainnya. Saya
memiliki keyakinan suatu saat nanti saya akan mencapai semua impian saya. “man
jadda wa jadda” itu adalah janji Allah.
Biasanya alasan
orang yang takut mengukir impian-impiannya adalah kendala ekonomi. Sebagian
besar dari kita merasa ketidakmampuan ekonomi kita adalah akhir dari segalanya.
Mereka takut mimpi-mimpi itu hanya akan membuat mereka jatuh dan sakit pada
akhirnya. Mereka memandang dunia itu hanya untuk orang-orang yang memiliki uang
banyak. Padahal kenyataannya kemampuan berpikir mereka melebihi orang-orang
kaya itu.
Salah satu modal
untuk meraih mimpi-mimpi kita adalah percaya diri. Jangan minder dengan apa
yang kita miliki di depan orang lain yang lebih dari kita. Lebih kaya, lebih
pintar, lebih cantik atau ganteng, lebih tinggi, lebih langsing, dan
lebih-lebih lainnya. Jangan minder! Kita harus bisa menghargai apa yang ada
dalam diri kita. Kalau kita tidak menghargai diri kita sendiri bagaimana orang
lain mau menghargai kita?
Berusaha Sedikit Lebih Keras
Seribu satu impian tanpa diiringi seribu satu usaha
semuanya akan sia-sia. Untuk apa kita bermimpi jika tidak ada upaya untuk
menggapainya. Kalau dipikir-pikir, membuat semua impian kita menjadi kenyataan
memang bukan perkara yang mudah. Namun, jika saja kita mau bekerja sedikit lebih
keras daripada orang lain.
Misalnya, saya mempunyai keinginan setelah lulus SMA
nanti saya akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi terkenal, sebut saja UGM. Saya
dan Anda sama-sama tahu untuk menjadi salah satu mahasiswa di sana adalah hal
yang teramat sulit karena terlalu banyak saingan. Kalau rata-rata setiap orang
belajar selama dua jam sehari, maka saya harus belajar lebih dari dua jam. Bisa
tiga jam, dua setengah jam ataupun dua jam lebih lima menit. Itu berarti saya
sudah berusaha sedikit lebih keras daripada orang lain. Apakah Anda tertarik
untuk mencoba?
Namun tentu
saja, usaha tanpa diiringi doa juga akan sia-sia. Kita tidak boleh melupakan Allah.
Dialah yang telah menciptakan kita di dunia ini sebagai salah satu makhluk-Nya
yang sempurna. Kita harus mensyukuri itu. Apa jadinya kalau kita diciptakan-Nya
sebagai seeokor sapi atau kucing?
Kita juga tidak
boleh melupakan orangtua kita yang telah banyak berjasa dalam hidup kita.
Mereka telah melaksanakan amanah-Nya dengan baik untuk merawat kita. Berkat
merekalah kita menjadi diri kita sekarang. Apa jadinya kalau mereka tidak ada?
Apa jadinya jika kita dirawat oleh seekor kera layaknya Tarzan? Mahabesar Allah
telah memberikan kita sebagai amanah kepada kedua orangtua kita.
Orangtua kita
memiliki kekuatan tersembunyi. Bukan kekuatan seperti Power Rangers atau Satria
Baja Hitam. Bukan pula kekuatan seperti Sailormoon ataupun Powell Puffgirls.
Mereka mempunyai kekuatan dalam do’a mereka. Mintalah restu kepada orangtua
kita jika hendak melakukan apa-apa dengan mencium tangan mereka. Insyaalah,
Allah akan mendengarkan doa orangtua kita.
“mana ada urang
tuha yang handak anaknya kada behasil. Biar ikam kada meminta gin tetap mama
doakan tarus, Nak ai.” Saya selalu tersentuh saat mendengar perkataan Ibu saya
saat meminta dia mendoakan saya di setiap sholatnya. Setiap orang tua memang
selalu menginginkan anak-anaknya berada dalam keberhasilan di dunia maupun
akhirat. Keberhasilan kita dalam mencapai mimpi-mimpi kita tidak akan pernah
lepas dari doa kedua orangtua kita.
Kehidupan itu
tidak sekedar bangun tidur, mandi, gosok gigi, lalu tidur lagi. Live is an
adventure. Kita hidup di dunia ini sebagai petualang. Sebagai pengembara.
Sebagai the explorer. Tanpa adanya mimpi dalam hidup kita, kita tidak
akan memiliki petualangan hidup yang sesungguhnya. Kehidupan kita akan hambar
seperti sayur tanpa garam, tidak enak. Takut gagal? Kegagalan itu adalah hal
yang wajar. Yang tidak wajar itu tidak adanya mimpi dalam hidup kita. Hidup
serasa datar dan membosankan.
Memang, tidak
ada yang sempurna dalam hidup ini. Tidak semua impian serta harapan-harapan
kita tercapai begitu saja. Kegagalan, kehancuran dan kejatuhan yang menyapa
kita dirasakan begitu pahit dan menyakitkan. Tapi, dibalik itu semua akan
muncul keindahan-keindahan yang menyenangkan. Kadang manusia tidak pernah
menyadari kehidupan itu sempurna dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Saya pernah
membaca sebuah buku yang menggambarkan kehidupan bagaikan sebuah bunga teratai.
Keindahan bunga teratai itu hanya sebulan lalu luruh. Tapi ia
meninggalkan benang sarinya untuk kemudian tumbuh menjadi bunga-bunga baru. Begitulah
kehidupan, keindahan itu hanya sesaat. Ia hanyalah puncak dari kesabaran kita.
Jangan pernah putus asa. Jangan pernah menyerah
apalagi memilih mati hanya karena terjatuh sedikit. Sakit itu hanya sebentar
lalu perlahan-lahan akan hilang. Kita hanya perlu berjuang dan bekerja sedikit
lebih keras untuk menghilangkan rasa sakit itu. Perjuangan kita akan merubah zero
menjadi hero, kurcaci mejadi raksasa, dan kodok menjadi pangeran tampan.
“man jadda wa jadda”. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan
berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar