Minggu, 27 Januari 2013

Man Jadda Wa Jadda


Sebuah kalimat yang begitu sederhana. Mudah diingat dan diucapkan. Sebuah kalimat yang telah memotivasi orang-orang hebat di dunia. Sebuah kalimat yang berasal dari negeri seribu satu malam yang sarat akan makna. “man jadda wa jadda”. Barang siapa yang besungguh-sungguh, maka dia akan berhasil.
Sehebat apapun manusia, pasti pernah merasa putus asa atau istilah yang lebih keren adalah down atau galau. Tidak apa-apa. Kegagalan, kehancuran, kemalangan, kelemahan dan kejatuhan adalah hal yang wajar. Hidup itu memang tidak mudah bukan? Namun, itu semua kembali kepada bagaimana kita mengatasi perasaan tersebut. Siapa yang mau hari-harinya dihabiskan dengan wajah yang merengut tanpa adanya ukiran senyuman sedikitpun? Apakah Anda mau itu terjadi pada hidup Anda? Kalau saya sudah pasti akan berkata “tidak” dengan tegas. Saya ingin hari-hari saya penuh dengan senyuman, canda dan tawa.
Cobalah tutup mata Anda, lalu tarik nafas dan hembuskan secara perlahan, lakukan beberapa kali. Usahakan setiap tarikan nafas membuat Anda lebih tenang dari sebelumnya. Lalu pada hembusan nafas terakhir katakan, “man jadda wa jadda”. Biasanya itu saya lakukan jika saya merasa sudah hampir menyerah dalam melakukan sesuatu yang menurut saya sulit untuk dilakukan, dan hasilnya sangatlah manjur. Kalimat itu bagai mantra sihir yang membuat saya menjadi lebih semangat dan memandang kesulitan dari sisinya yang lain yang membuat kesulitan itu terlihat lebih mudah.
Kupu-kupu
Kehidupan itu layaknya seekor kupu-kupu. Kupu-kupu itu adalah salah satu makhluk hidup cipataan Allah yang sangat indah dan manis. Walaupun memiliki ukuran yang rata-rata kecil, namun dia bisa mencuri perhatian setiap orang yang melihatnya. Warnanya yang indah, gerakan terbang yang anggun saat mengitari bunga dan sesekali hinggap untuk mengambil sarinya, itu adalah daya tarik dari kupu-kupu. Namun, sebelum kupu-kupu mencapai keindahannya dia harus menjalani fase-fase yang sangat panjang.
Di mulai dari telur yang ukurannya sangat kecil, bahkan dari sekian banyak telur yang dihasilkan dari sang induk hanya beberapa saja yang bisa bertahan dan akhirnya menetas menjadi ulat. Perjuangan para ulat pun di mulai, mereka itu sangatlah jelek dan kegiatan mereka hanyalah makan dan tidur. Lumayan banyak orang di dunia ini yang takut dengan ulat, terutama wanita. Mereka kerap kali berteriak histeris sambil menginjak-injak sang ulat nan buruk rupa sambil terkadang berkata “huh, dasar ulat jelek. Mati kau! Uh uh uh uuuuhhhh”. Padahal ulat yang mereka takuti dan mereka hina-hina itu adalah cikal-bakal dari kupu-kupu yang sebagian besar dari wanita itu sendiri menyukainya. Ulat yang berhasil bertahan dan menghindar dari sandal-sandal para wanita, akhirnya berubah menjadi kepompong.
Itu mungkin salah satu saat tersulit, karena sang ulat yang terbiasa makan banyak harus berpuasa dalam waktu yang lama. Siang demi siang. Malam demi malam. Hujan dan panas dilalui oleh para kepompong dalam pertapaan panjang mereka. Sampai akhirnya keluarlah dari serat-serat benang kepompong tersebut makhluk mungil nan indah, kupu-kupu. Itulah kehidupan, kita tidak bisa mencapai keindahan dalam hidup kita semudah membalikkan telapak tangan.
Layaknya kupu-kupu, setiap manusia di dunia ini memiliki fase kehidupannya masing-masing. Kita harus bisa bertahan dengan segala macam cobaan dan ujian. Jangan memandang kegagalan dalam hidup kita sebagai suatu bencana yang besar. Pandanglah kegagalan sebagai salah satu fase kehidupan kita menuju keindahan. Marilah kita angkat kepala kita, kembangkan senyum kita, dan kobarkan semangat kita! Yakinlah, suatu saat kita pasti akan bahagia! Yakinlah, suatu saat kita akan mencapai keindahan seperti yang dimiliki kupu-kupu.
Hidup untuk Bermimpi
Saya pernah menonton sebuah film bergenre komedi yang mambuat saya terpingkal-pingkal saat menontonnya. Namun saya tidak ingin membahas film itu, melainkan saya akan membahas apa yang saya dapat dari film tersebut, beberapa kalimat sederhana.
“Semua orang punya impian. Dengan impian, ada harapan. Semua orang punya impian. Dengan impian, ada kekuatan. Impian menyinari hatimu bagai mentari menerangi seluruh duniamu. Impian membimbingmu ke jalan yang benar. Memberimu keberanian untuk melangkah maju.”
Hidup untuk bermimpi. Hidup untuk membangun impian-impian menjadi sebuah kenyataan. Jangan takut untuk sekedar memiliki impian. Tenang saja, saya menjamin bermimpi itu gratis tanpa dipungut biaya apapun. Saya sendiri memiliki mimpi-mimpi serta harapan-harapan yang bisa dikatakan gila. Saya ingin kuliah di luar negeri. Saya ingin pergi ke Jepang dan Paris saat musim gugur dan semi. Saya juga ingin pergi ke London untuk bertemu aktor favorit saya, Daniel Radcliffe. Saya juga ingin pergi ke India untuk melihat Taj Mahal. Lalu, saat musim dingin saya akan terbang ke Swiss untuk  minum coklat hangat di sana.  Saya memang termasuk orang yang imajinatif. Masih banyak impian-impian gila saya yang lainnya. Saya memiliki keyakinan suatu saat nanti saya akan mencapai semua impian saya. “man jadda wa jadda” itu adalah janji Allah.
Biasanya alasan orang yang takut mengukir impian-impiannya adalah kendala ekonomi. Sebagian besar dari kita merasa ketidakmampuan ekonomi kita adalah akhir dari segalanya. Mereka takut mimpi-mimpi itu hanya akan membuat mereka jatuh dan sakit pada akhirnya. Mereka memandang dunia itu hanya untuk orang-orang yang memiliki uang banyak. Padahal kenyataannya kemampuan berpikir mereka melebihi orang-orang kaya itu.
Salah satu modal untuk meraih mimpi-mimpi kita adalah percaya diri. Jangan minder dengan apa yang kita miliki di depan orang lain yang lebih dari kita. Lebih kaya, lebih pintar, lebih cantik atau ganteng, lebih tinggi, lebih langsing, dan lebih-lebih lainnya. Jangan minder! Kita harus bisa menghargai apa yang ada dalam diri kita. Kalau kita tidak menghargai diri kita sendiri bagaimana orang lain mau menghargai kita?
Berusaha Sedikit Lebih Keras
                Seribu satu impian tanpa diiringi seribu satu usaha semuanya akan sia-sia. Untuk apa kita bermimpi jika tidak ada upaya untuk menggapainya. Kalau dipikir-pikir, membuat semua impian kita menjadi kenyataan memang bukan perkara yang mudah. Namun, jika saja kita mau bekerja sedikit lebih keras daripada orang lain.
                Misalnya, saya mempunyai keinginan setelah lulus SMA nanti saya akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi terkenal, sebut saja UGM. Saya dan Anda sama-sama tahu untuk menjadi salah satu mahasiswa di sana adalah hal yang teramat sulit karena terlalu banyak saingan. Kalau rata-rata setiap orang belajar selama dua jam sehari, maka saya harus belajar lebih dari dua jam. Bisa tiga jam, dua setengah jam ataupun dua jam lebih lima menit. Itu berarti saya sudah berusaha sedikit lebih keras daripada orang lain. Apakah Anda tertarik untuk mencoba?
Namun tentu saja, usaha tanpa diiringi doa juga akan sia-sia. Kita tidak boleh melupakan Allah. Dialah yang telah menciptakan kita di dunia ini sebagai salah satu makhluk-Nya yang sempurna. Kita harus mensyukuri itu. Apa jadinya kalau kita diciptakan-Nya sebagai seeokor sapi atau kucing?
Kita juga tidak boleh melupakan orangtua kita yang telah banyak berjasa dalam hidup kita. Mereka telah melaksanakan amanah-Nya dengan baik untuk merawat kita. Berkat merekalah kita menjadi diri kita sekarang. Apa jadinya kalau mereka tidak ada? Apa jadinya jika kita dirawat oleh seekor kera layaknya Tarzan? Mahabesar Allah telah memberikan kita sebagai amanah kepada kedua orangtua kita.
Orangtua kita memiliki kekuatan tersembunyi. Bukan kekuatan seperti Power Rangers atau Satria Baja Hitam. Bukan pula kekuatan seperti Sailormoon ataupun Powell Puffgirls. Mereka mempunyai kekuatan dalam do’a mereka. Mintalah restu kepada orangtua kita jika hendak melakukan apa-apa dengan mencium tangan mereka. Insyaalah, Allah akan mendengarkan doa orangtua kita.
“mana ada urang tuha yang handak anaknya kada behasil. Biar ikam kada meminta gin tetap mama doakan tarus, Nak ai.” Saya selalu tersentuh saat mendengar perkataan Ibu saya saat meminta dia mendoakan saya di setiap sholatnya. Setiap orang tua memang selalu menginginkan anak-anaknya berada dalam keberhasilan di dunia maupun akhirat. Keberhasilan kita dalam mencapai mimpi-mimpi kita tidak akan pernah lepas dari doa kedua orangtua kita.

Kehidupan itu tidak sekedar bangun tidur, mandi, gosok gigi, lalu tidur lagi. Live is an adventure. Kita hidup di dunia ini sebagai petualang. Sebagai pengembara. Sebagai the explorer. Tanpa adanya mimpi dalam hidup kita, kita tidak akan memiliki petualangan hidup yang sesungguhnya. Kehidupan kita akan hambar seperti sayur tanpa garam, tidak enak. Takut gagal? Kegagalan itu adalah hal yang wajar. Yang tidak wajar itu tidak adanya mimpi dalam hidup kita. Hidup serasa datar dan membosankan.
Memang, tidak ada yang sempurna dalam hidup ini. Tidak semua impian serta harapan-harapan kita tercapai begitu saja. Kegagalan, kehancuran dan kejatuhan yang menyapa kita dirasakan begitu pahit dan menyakitkan. Tapi, dibalik itu semua akan muncul keindahan-keindahan yang menyenangkan. Kadang manusia tidak pernah menyadari kehidupan itu sempurna dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Saya pernah membaca sebuah buku yang menggambarkan kehidupan bagaikan sebuah bunga teratai. Keindahan bunga teratai itu hanya sebulan lalu luruh. Tapi ia meninggalkan benang sarinya untuk kemudian tumbuh menjadi bunga-bunga baru. Begitulah kehidupan, keindahan itu hanya sesaat. Ia hanyalah puncak dari kesabaran kita.
                Jangan pernah putus asa. Jangan pernah menyerah apalagi memilih mati hanya karena terjatuh sedikit. Sakit itu hanya sebentar lalu perlahan-lahan akan hilang. Kita hanya perlu berjuang dan bekerja sedikit lebih keras untuk menghilangkan rasa sakit itu. Perjuangan kita akan merubah zero menjadi hero, kurcaci mejadi raksasa, dan kodok menjadi pangeran tampan. “man jadda wa jadda”. Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan berhasil.
               
               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar